TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Kereta Cepat Indonesia China, Dwiyana Slamet Riyadi, memperkirakan progress pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung pada pertemuan G20 Oktober mendatang baru mencapai 93 persen dari target awal 95 persen.
"Kalau seperti ini kami usulkan untuk showcase di G20 meeting kita lakukan dynamic test dari Tegalluar ke Padalarang dengan kereta ukur dan dengan kecepatan tertentu," ujar Dwiyana kala mempresentasikan progress proyek tersebut kepada Presiden Joko Widodo, Senin, 17 Januari 2022.
Dwiyana mengatakan uji dinamis yang dimaksud adalah dengan melakukan perjalanan kereta api dari satu stasiun ke stasiun lain. Perjalanan itu sekaligus mencoba kondisi sarana prasarana saling mendukung. "Jadi integrasi sistem kita coba dengan kereta ukur," ujarnya.
Adapun kereta ukur secara fisik sama dengan yang akan dipakai melayani penumpang. Namun, kereta ukur didesain dalam satu rangkaian isinya mengenai alat-alat saja untuk mengukur persinyalan dan prasarana. "Itu kami akan lakukan secara terus menerus di bulan Desember."
Sebelumnya, Dwiyana mengatakan secara umum kendala yang dihadapi proyek sepur kilat itu adalah pembiayaan proyek, pandemi Covid-19, dan teknis konstruksi. Ia mengatakan kendala-kendala tersebut, khususnya perkara teknis, tak ayal menyebabkan penyelesaian proyek lebih lambat dari target.
"Jadi memang ada beberapa pergeseran dari target yang tadinya kita akan selesaikan pada bulan Desember, secara kalkulasi teknis di tim kami kemungkinan pada Desember baru 95 persen," ujar Dwiyana.
Untuk perkara pendanaan, Dwiyana mengatakan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia telah menyetor modal ke KCIC pada akhir 2021. Dengan demikian pembayaran ke kontraktor dapat dilakukan.